Kamis, 28 Februari 2013

MASUKAN PEMIKIRAN TENTANG PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013


MASUKAN PEMIKIRAN TENTANG
PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013

Oleh: Masyarakat Profesi  Bimbingan dan Konseling Indonesia

Terdorong oleh rasa tanggung jawab dan kehendak untuk berpartisipasi dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia yang berhimpun dalam:

1. Himpunan Sarjana  Bimbingan dan Konseling Indonesia (HSBKI), unsur Himpunan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
2. Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Nasional  (MGBKN)
3. Forum Komunikasi Jurusan/Program Studi  Bimbingan dan Konseling Indonesia (FK- JPBKI)
4. Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS), divisi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
5. Ikatan Pendidik dan Supervisi Konseling (IPSIKON), divisi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN),mengadakan serangkaian  diskusi tentang  peran bimbingan dan konseling terkait Kurikulum 2013 dan implementasinya.   Berdasarkan hasil pemikiran bersama,Masyarakat Profesi  Bimbingan dan Konseling Indonesia menyampaikan pokok-pokok pikiran sebagai berikut. 

A.    HAKIKAT PEMINATAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

  1. Kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit dalam Kurikulum 2013 yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling adalah kaidah peminatan.  Peminatan difahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (arahan Pasal 1 ayat 1 UU No. sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki, 20/2003) sehingga mencapai perkembangan optimum.  Perkembangan optimum bukan melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab  serta  memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Dengan demikian,peminatan adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dilihat dari konteks ini maka bimbingan dan konseling adalah “wilayah layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum (the Common Good) melalui (upaya) pendidikan.”  (ABKIN: 2007).

2.  Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai Tujuan Utuh Pendidikan Nasional, dan oleh karena itu peminatan harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit, terkandung dalam Kurikulum. Kaidah-kaidah dimaksud ialah bahwa Kurikulum 2013:
2.1. memiliki spirit  kuat untuk pemulihan fungsi dan arah pendidikan yang lebih  konsisten  sesuai dengan pasal 3 UU No 20 tahun 2003,  yang bermakna  bahwa  watak dan peradaban bangsa  yang  sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 harus menjadi tujuan eksistensial pedidikan, yang melandasi upaya mencerdaskankehidupan bangsa sebagai tujuan kolektif-kultural pendidikan, yang diejawantahkan melalui pengembangan potensi  peserta didik sebagai tujuan individual pendidikan.
2.2. dimaksudkan  untuk menyiapkan peserta didik agar sukses dalam menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan di era globalisasi dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2.3. menitikberatkan pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sebagai keutuhan yang harus dicapai oleh peserta didik; dan juga  tidak memisahkan antara mata pelajaran dengan muatan lokal, pendidikan akademik, dan pendidikan karakter sebagai keutuhan yang memberikan  kemaslahatan bagi bangsa.
2.4. memiliki spirit yang kuat untuk memulihkan proses pendidikan sebagai proses pembelajaran yang mendidik dan wahana pengembangan karakter, kehidupan yang demokratis, dan kemandirian sebagai softskills, serta penguasaan sains, teknologi, dan seni sebagai  hardskills. Capaian pendidikan merupakan interaksi yang fungsional antara efektivitas kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran siswa aktif dengan lama pembelajaran di sekolah.
2.5. memandang bahwa peserta didik aktif dalam proses pengembanganpotensi dan perwujudan dirinya dalam  konteks  sosial  kultural, sehingga menuntut  profesionalitas guru yang mampu mengembangkan  strategi pembelajaran yang menstimulasi peserta didik untuk belajar lebih aktif.  2.6. menekankan penilaian berbasis proses dan  hasil.  Ini berarti ukuran keberhasilan pendidikan tidak hanya akumulasi fakta dan pengetahuan sebagai hasil dari ekspose didaktis, tetapi juga menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik.
2.7 tidak menyederhanakan upaya  pendidikan sebagai pencapaian targettarget kuantitatif  berupa angka-angka  hasil ujian  sejumlah mata pelajaran akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik. Kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2.7. mengakui dan menghormati adanya perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, yang  secara tegas menuntut adanya remediasi dan akselerasi secara berkala pasca penilaian, terutama bagi peserta didik yang belum mencapai batas kompetensi yang ditetapkan.Tidak semua peserta didik memiliki kemampuan dan kecepatan yang sama dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan.  Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi utuh sesuai dengan  kemampuan dan kecepatan belajarnya adalah prinsip pendidikan yang paling fundamental. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik. 
2.8. memberikan peluang yang lebih terbuka kepada setiap peserta didik untuk mengembangkan berbagai  potensi yang dimilikinya secara fleksibel tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.
2.9. menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru BK/konselor dan orang tua/wali dalam mengoptimalkan potensi peserta didik.
2.10. menekankan pada proses, mengandung implikasi peran pendidikan yang mengarah kepada orientasi perkembangan dan pembudayaan peserta didik. Oleh karena itu, proses pendidikan melibatkan manajemen, pembelajaran, dan bimbingan dan konseling.

B. PERAN DAN FUNGSI  BIMBINGAN DAN KONSELING  DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan yang  secara sadar  memposisikan “...  kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan  karier itu
ditumbuhkan secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru bimbingan dan konseling/ konselor dan oleh guru mata pelajaran  dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal, dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan sendirian oleh Konselor, atau yang dilakukan sendirian oleh Guru.” (ABKIN: 2007).Ini berarti bahwa proses peminatan, yang difasilitasi oleh layanan bimbingan dan konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan  yang dipilih peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi dasar bagi perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, dan penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yangmendukung. Dalam konteks ini bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif,  dalam hal-hal berikut.

1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No. 20
tahun  2003 secara utuh, kaidah-kaidah  implementasi  Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses
pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik.
Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.  Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum  dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta didik.  Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru  hendaknya: (1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3) melakukan  diagnostik kesulitan perkembangan dan  belajar peserta didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi nilai  sebagai proses individuasi peserta didik.  Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.
2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas
Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan
peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas,
dan fasilitasi agar  terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi
pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu  dilaksanakan dalam bentuk: (1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik, (2) merancang ragam program pembelajaran dan  melayani kekhususan kebutuhan peserta didik,  serta  (3)  membimbingperkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.
3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan, sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan  pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi  inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi  guru bimbingan dan konseling/konselor  dengan  guru  mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga, (2) kolaborasi  dengan  dunia kerja dan  lembaga pendidikan, (3) “intervensi” terhadap institusi  terkait lainnya  dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik.




C. EKSISTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013

Keberadaan Bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia, sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1964, yang disebut “Bimbingan dan Penyuluhan” ketika diberlakukan “Kurikulum Gaya Baru.”Bimbingan dan Penyuluhan  pada waktu itu dipandang sebagai unsur pembaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.  Sejak diberlakukan Kurikulum Tahun
1975, pelayanan bimbingan dan penyuluhan telah dijadikan sebagai bagian integral dari keseluruhan upaya  pendidikan. Petugas yang secara khusus melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling pada saat itu disebut Guru Bimbingan dan Penyuluhan (Guru BP).Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah menjadi  Guru Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun  1995 tentang  Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/0/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara lain mengandung arahan dan ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP dan SLTA. Walaupun kedua aturan tersebut  mengandung hal-hal yang berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru (dengan sebutan guru pembimbing) dan tidak secara eksplisit
dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal ini dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan. Penggunaan sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar dan konteks tugas konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Guru pembimbing yang pada saat ini ada di lapangan pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai  konselor,  tetapi sering diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata pelajaran.   Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan belajar mengajar di kelas yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN: 2007). Dalam  Kurikulum  Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), posisi dan arah layanan bimbingan dan konseling di sekolah sesungguhnya mengalami kemunduran, karena adanya pemahaman tentang konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya, dengan ekspektasi kinerja guru yang menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya. Bimbingan dan konseling dibawa ke wilayah pembelajaran yang berpayung pada standar isi,  bimbingan dan konseling menjadi bagian dari standar isi yang dituangkan menjadi pengembangan diri dan menjadi salah satu komponen kurikulum.Sebagaimana telah dinyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan upaya pendidikan dalam
jalur pendidikan formal dan layanan ini meskipun dilakukan oleh pendidik yang
disebut sebagai konselor, tetapi ekspektasi kinerja profesionalnya berbeda dengan ekspektasi kinerja profesional yang dilakukan oleh guru. Jika ekspektasi kinerja guru menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya, maka ekspektasi kinerja konselor tidak demikian. Ekspektasi kinerja konselor tidak meggunakan materi pelajaran dalam koteks layanan keahliannya (bimbingan dan konseling), melainkan menggunakan proses pengenalan diri  peserta didik (konseli) dengan memahami kekuatan dan kelemahannya dengan peluang dan tantangan yang terdapat dalam ligkungannya, untuk menumbuhkembangkan kemandirian dalam mengambil berbagai keputusan penting dalam perjalanan hidupnya, sehingga mampu memilih, meraih serta mempertahankan karir (kemajuan hidup) untuk mencapai  hidup yang efektif, produktif, dan sejahtera dalam konteks kemaslahatan umum.Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi  peserta didik  mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu di dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkunganperkembangan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan perkembangan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk mengembangkan, memperbaiki, dan memperhalus perilaku. Posisi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal seperti tertera pada Gambar 1, mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan. Dengan demikian, posisi guru bimbingan dan konseling (dalam Pasal 1 ayat 6 UU RI No. 20/2003 disebut konselor) sejajar dengan guru bidang studi/mata pelajaran dan administrator Sekolah/Madrasah. Demikian pula dalam Permendiknas No. 22/2006  menempatkan pelayanan bimbingan dan  konseling sebagai bagian integral dari standar isi satuan pendidikan dasar dan menengah.














Gambar 1. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan

Merujuk pada UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan
untuk guru pembimbing  dinyatakan dalam sebutan ‟Konselor.”  Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU RI No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik,
termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan  settingpelayanan spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.

D. PRINSIP DASAR LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1. Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah upaya/proses fundamental pada setiap ikhtiar pendidikan, baik
pendidikan formal, non-formal maupun informal. Dalam ketiga bentuk pendidikan
tersebut, proses bimbingan (guidance) dipastikan selalu melekat di dalamnya.
Berbeda dengan pengajaran, yang tidak selalu harus ada di dalam setiap bentuk
pendidikan tersebut.  Bimbingan  pada  hakikatnya merupakan  proses memfasilitasi pengembangan nilai-nilai inti karakter melalui proses interaksi yang empatik antara konselor (guru bimbingan dan konseling) dengan  peserta didik,    dimana konselor membantu peserta didik untuk mengenal  kelebihan dan kelemahan dalam berbgai aspek perkembangan dirinya, memahami peluang dan tantangan yang ditemukan di lingkungannya, serta mendorong penumbuhan kemandirian peserta didik (konseli) untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam perjalanan hidupnya secara bertanggung jawab  dan mampu mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, bahagia serta peduli terhadap kemaslahatan umat manusia.Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, tetapiyang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya dalam aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moralspiritual.
Di manapun proses pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses perkembangan, karena setiap peserta didik adalah seorang individu yang sedang
berada dalam proses berkembang atau menjadi (on-becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan (guidance), agar memiliki pemahaman yang baik tentang dirinya dan lingkungannya serta  pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Alasan lain adalah adanya perbedaan individual pada peserta didik dan keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung secara mulus, dalam alur yang  lurus,  searah dengan potensi, harapan dan nilainilai yang dianut. Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial yang selalu berubah dan mempengruhi gaya hidup (life style). Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayanganpornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup peserta didik (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika,  ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), yaitu:  (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta  (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan  pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Dalam abad 21 ini,  setiap peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan yang  kompleks dan penuh tantangan. Dalam konstelasi kehidupan seperti ini, setiap peserta didik memerlukan berbagai kompetensi hidup agar mampu menjadi individu yang efektif, produktif dan bermaslahat bagi orang lain.
Untuk mengembangkan kompetensi hidup seperti ini, maka sistem pelayanan
pendidikan di sekolah yang efektif tidak cukup hanya dengan mengandalkan
pelayanan manajemen dan pembelajaran mata pelajaran saja, melainkan  perlu disertai dengan pelayanan bantuan khusus yang lebih bersifat psiko-pedagogisberbasis kepakaran. Layanan bantuan khusus (berbasis kepakaran)membantu peserta didik  agar mampu  menghindari perilaku negatif dan pada saat yang sama mampu mengembangkan perilaku normatif dan efektif untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan di atas, adalah dengan mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka  secara sistematik, terprogram dan kolaboratif untuk mampu mencapai standarkompetensi nilai perkembangan/perilaku atau karakter yang diharapkan. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif, intensional dan kolaboratif yang diselenggarakan dengan berbasis data perkembangan peserta didik secara komprehensif  dalam berbagai aspek kehidupannya. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu  bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingandan  konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan
konseling, hanya akan menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil
dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan
dalam aspek kepribadian.Pelayanan bimbingan dan konseling  didasarkan kepada upaya pencapaian  tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalahmasalah peserta didik sebagai suatu keutuhan yang diselenggarakan secara intensif dan kolaboratif. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi  belajar, pribadi, sosial dan moral-spiritual, serta karir  yang harus dicapai  tiap  peserta didik sesuai usia kronologisnya, sehingga pendekatan ini disebut juga  sebagai  bimbingan dan konseling berbasis  nilai-nilai inti karakter. Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian yang telah dirumuskan berdasarkan hasil penelitian selama 5 tahun dan telah diimplementasikan di berbagai jenjang dan jalur pendidikan. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara guru bimbingan dan konseling/ konselor dengan para personal Sekolah/Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara utuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.  Atas dasar itu, maka  implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi  peserta didik,  yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi peserta didik sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

2. Kolaborasi  Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor, Guru
Matapelajaran    dan Orang Tua dalam Pengembangan  Kemandirian
sebagai Nilai Inti Karakter
Pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik;  dan  tidak hanya untuk peserta didik bermasalah tetapi menyangkut seluruh peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu  atau yang perlu  „dipanggil‟  saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik (Guidance and counseling for all).Di dalam Permendiknas No. 23 tahun  2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaranbidang studi, maka kompetensi peserta didik  yang harus dikembangkan melalui  pelayanan bimbingan dan konseling adalah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK) untuk mewujudkan diri  (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya  (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
Dalam hal ini kerjasama antara guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran  merupakan suatu keharusan. Persamaan, keunikan, dan  keterkaitan wilayah pelayanan guru mata pelajaran  dan  guru bimbingan dan konseling/ konselor dalam konteks pencapaian standar kompetensi peserta didik disajikan pada Gambar 2.

PERKEMBANGAN OPTIMUM PESERTA DIDIK:
BELAJAR, PRIBADI, SOSIAL DAN KARIR
Add caption




Gambar 2. Hubungan Kolaboratif Wilayah Kerja
Guru bimbingan dan konseling/Konselor dan Guru Matapelajaran

Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru mata pelajaran,  guru bimbingan dan konseling/konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu, masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan (kolaboratif)  antara guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referal). Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru mata pelajaran pada saat pembelajaran dirujuk kepada  guru bimbingan dan konseling/konselor untuk penanganannya. Demikian pula masalah yang ditangani guru bimbingan dan konseling/konselor dirujuk kepada  guru mata pelajaranuntuk menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran. Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berarti bahwa di dalam pengembangan dan proses pembelajaran bermutu, fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian  guru mata pelajaran, dan sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran mata pelajaran perlu mendapat perhatian guru bimbingan dan konseling/konselor.  Layanan bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua  (guidance and counseling for all), dan oleh karena itu tidaklah tepat jika orientasinya hanya kepada pemecahan masalah, melainkan mencakup orientasi pengembangan (developmental) dan pemeliharaan (maintanance) serta pencegahan (preventive)secara menyeluruh. Layanan bimbingan dan konseling adalah upaya memfasilitasi perkembangan individu (dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan  karir) ke arah kemandirian (dalam hal menetapkan pilihan, mengambil keputusan, dan tanggung jawab atas pilihan dan keputusan sendiri) untuk mewujudkan diri (self-realization) dan mengembangkan kapasitas (capacity development). Prinsip bimbingan dan konseling untuk semua mengandung arti bahwa target populasi layanan bimbingan dan  konseling dalam jalur pendidikan formal termasuk para peserta didik yang berbakat dan berkebutuhan khusus, terutama yang memiliki kecakapan intelektual normal.  Layanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus akan amat erat kaitannya dengan kegiatan hidup sehari-hari (daily living activities)  yang tidak  terisolasi dari konteks. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus merupakan layanan intervensi tidak langsung yang akan lebih terfokus pada upaya mengembangkan lingkungan perkembangan (inreach  maupun outreach) bagi kepentingan dalam memfasilitasi perkembangan peserta didik, yang akan melibatkan banyak pihak di dalamnya terutama guru pendidikan khusus dan orang tua. Demikian pula bimbingan dan konseling bagi anak berbakat,  tidak  diperlakukan dan  dipandang sebagai upaya yang luar biasa, melainkan dilihat sebagai bagian dari upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional, baik di tingkat satuan pendidikan maupun individual. Oleh karena itu, pencapaian prestasi luar biasa misalnya prestasi dalam olimpiade fisika, olimpiade matematika dan dalam berbagai mata pelajaran lain, sejajar dengan keberbakatan bidang olah raga, misalnya   bulutangkis, tinju, catur, yang memang memerlukan takaran latihan lebih dari yang diperlukan oleh peserta didik pada umumnya. Di bidang pendidikan pada umumnya, sebagai hasil pendidikan nasional, diharapkan akan menghasilkan lulusan yang memiliki karakter kuat dan dituntun keimanan, yang menghargai keragaman dalam ragam kehidupan berbangsa (bhineka), akrab dan fasih iptek serta menguasai softskills, serta bugar scara fisik di samping memiliki kebiasaan hidup sehat.

E. KERANGKA PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
KURIKULUM2013

Merujuk Gambar 1 tentang posisi bimbingan dan konseling dalam  pendidikan, konteks tugas konselor dalam pendidikan adalah dalam proses pengenalan diri oleh pesera didik (konseli) beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya  dalam lingkungan, sehingga peserta didik mandiri mengambil keputusan penting perjalanan hidupnya (belajar, pribadi, sosial dan karir) dalam rangka mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan bahagia serta peduli kepada kemaslahatan umum, melalui berbagai upaya yang dinamakan pedidikan. Fokus layanan bimbingan dan konseling adalah menumbuh-kembangkan kompetensi kemandirian sebagai nilai inti karakter. Dalam konteks ini, perlu dikembangkan: (a) sikap dan  berperilaku baik, jujur dan etis; (b) belajar bertanggungjawab; (c) disiplin, kerja keras dan efisien; (d) kesadaran kultural sebagai warganegara, seperti peduli, toleran, saling menghargai; dan (e) peningkatan pengetahuan dan keterampilan hidup sesuai dengan tingkat perkembangan.Program bimbingan dan konseling di sekolah bukan merupakan aktivitasbekstrakurikuler, melainkan merupakan suatu program yang secara sistematis diarahkan untuk mengoptimalkan  pencapaian kompetensi perkembangan setiap peserta didik dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karirnya secara utuh dimana nilai inti karakter melekat di dalam semua bidang layanan tersebut.Konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan target populasi layanan bimbingan dan konseling, sebagai layanan ahli, seorang guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang berorientasi pengembangan dan pemeliharaan karakter, dan melayani seluruh peserta didik, dengan kerangka program kerja utuh yang meliputi komponen-komponen sebagai  berikut. Layanan Dasar, yaitu layanan yang bersifat antisipatoris, preventif dan pengembangan. Layanan ini diperuntukan bagi semua peserta didik tanpa terkecuali. Layanan dasar  diarahkan untuk pengembangan  kompetensi perkembangan  sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan peserta didik. Layanan ini dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling/konselor sendiri maupun dengan kolaborasi antara guru bimbingan dan konseling/konselor, guru mata pelajaran,  orang tua, dan  pakar  yang berada  di luar sekolah. Bentuk layanan yang diupayakan antara lain:
(1)  Penyelenggaraan asesmen dalam  berbagai aspek  perkembangan seperti data demografis, hasil belajar, bakat, minat, kecerdasan, kepribadian, kebiasaan belajar dan jaringan hubungan sosial;
(2) Advokasi dan fasilitasi pemilihan rumpun/bidang keilmuan yang diminati melalui proses konseling, konsultasi dan layanan lain yang relevan.
(3) Bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok  yang diselenggarakan  secara regular dan terjadual dengan menggunakan metode dan teknik khas bimbingan dan konseling yang menarik, interaktif, menyenangkan, dan reflektif.  Jika diperlukan, bimbingan klasikal dimaksud bisa dilakukan secara kolaboratif bersama guru bidang studi pada saat pembelajaran berlangsung.
(4) Pengembangan perilaku jangka panjang yang menunjang kesuksesan belajar, pengembangan pribadi dan sosial, dan karir peserta didik. Layanan ini dilakukan dengan “membelajarkan” peserta didik atas topik-topik yang relevan dengan kebutuhan peserta didik seperti  sikap dan keterampilan belajar, pemecahan masalah, hubungan sosial, keterampilan komunikasi yang efektif, negosiasidan manajemen konflik, pengembngan sikap toleran, kepercayaan diri, konsep diri, pengendalian emosi, kerja sama, perilaku etis, kreativitas, disiplin,  Say No to Drugs, dan sebagainya.
(5) Pengembangan instrumen bimbingan dan konseling dan penggunaannya untuk asesmen perkembangan baik dalam kegiatan khusus maupun kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk implementasi komponen ini. Mengacu kepada prinsip kolaborasi guru  mata pelajaran  bisa mendukung pencapaian kompetensi belajar peserta didik melalui pengembangan  nuturant effect pembelajaran.Layanan Responsif, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik memecahkan masalah (pribadi, sosial, belajar, karir) yang dihadapinya pada saat ini dan memerlukan pemecahan segera. Penggunaan instrumen pemahaman peserta didik diperlukan untuk mendeteksi masalah apa yang perlu dientaskan. Di sinilah layanan konseling individual maupun kelompok diperlukan dengan segala perangkat pendukungnya.Layanan Perencanaan Individual, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta didik secara individual di dalam merencanakan masa depannya berkenaan dengan kehidupan akademik maupun karir. Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala karakteristiknya dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan, sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat  dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk  peminatan,  keberbakatan, dan kebutuhan khusus peserta didik.Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi  diperlukan dalam implementasi layanan ini.Dukungan Sistem dan Kolaboratif, yaitu kegiatan yang terkait dengan dukungan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), kolaborasi atau konsultasi dengan berbagai pihak yang dapat membantu peserta didik, pelatihan pembelajaran bernuansa bimbingan dan konseling bagi guru mata pelajaran, termasuk pengembangan kemampuan guru BK/konselor secara berkelanjutan sebagai profesional.Pengaturan proporsi layanan setiap komponen program bimbingan dan konseling di sekolah  dalam Kurikulum 2013 dapat diatur  dalam pedoman berikut.

BENTUK LAYANAN                               SD                                     SMP                                       SMA/SMK

Layanan Dasar                        35  – 45 %                   25 – 35 %                    15 – 25 %

Layanan Responsif                 30 – 40 %                    30 -  40 %                    25 – 35 %

Layanan Perencanaan
Individual                               15 – 10 %                    15 – 25 %                    25 – 35 %                   

Dukungan Sistem dan
Kolaboratif                              10 – 15 %                    10 – 15 %                    15 – 20 %

Dengan rasio guru bimbingan dan konseling/Konselor dibanding  peserta didik =1:150 dan dengan beban tugas 24 - 40 jam/minggu (PP No. 74/2008 tentang Guru) maka perhitungan ekuwivalensi tugas  guru bimbingan dan konseling/ konselor 24 -40 jam dan 150 siswa perminggu sebagai berikut.



BENTUK LAYANAN BIMBINGAN                               PEMBAGIAN WAKTU PELAYANA DI SMA/SMK
24 – 40 jam kerja

Layanan Dasar                                                20 % X (24  -  40 jam kerja)   =  5 – 8 jam kerja
Layanan Responsif                                         35 % X (24  – 40 jam kerja)   =  8 – 14 jam kerja
Layanan Perencanaan Individual                    30 % X (24  -  40 jam kerja)  =   7 – 12 jam kerja
Dukungan sistem dan Kolaboratif                  15 % X (24  -  40 jam kerja)  =   4 – 6 jam kerja


F. PENGEMBANGAN PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Rumusan  kompetensi perkembangan atau kemandirian, dan kerangka program layanan bimbingan dan konseling sudah ada pada buku  yang disiapkan oleh ABKIN bersama dan atas dukungan Direktorat Jenderal PMPTK, yakni  RambuRambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (ABKIN; Ditjen PMPTK:  2008). Untuk selanjutnya pedoman umum tersebut perlu dikembangkan lebih operasional berupa:1. Pedoman Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar dan Sederajat.
2. Pedoman Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat.
3. Pedoman Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Atas dan Sederajat.
4. Pedoman Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Kejuruan dan Sederajat.


G. PENYIAPAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR
PROFESIONAL

Kebutuhan Guru Bimbingan dan Konseling sebanyak 92.572 sebagaimana
diberitakan  Harian Kompas (Rabu, 23 Januari 2013), menghendaki penyiapan Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor secara sungguh-sungguh dan profesional. Dengan berpayung pada UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, penyiapan guru bimbingan dan konseling/konselor profesional disiapkan di LPTK melalui pendidikan akademik S1 bidang Bimbingan dan Konseling dan Pendidikan Profesi Konselor sebagai suatu keutuhan sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 27/2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor Indonesia.


DAFTAR RUJUKAN.


Depdiknas RI, 2008, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Ditjen PMPTK, 2007, Rambu-rambu Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Harian Kompas, 23 Januari 2013, “Sekolah kekurangan 92.572 Guru Bimbingan dan Konseling.”
Peraturan Pemerintah RI, 2005, Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah RI, 2008, Nomor 74 tentang Guru.
Permendiknas RI, 2008, Nomor 27 tentang  Standar Kualifikasi akademik dan Kompetensi Konselor.
Permendiknas RI, 2009, Nomor 8 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra jabatan.UU RI, 2003, Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung, 25 Januari 2013


Kami yang bertanda tangan :

1. Doktor Bimbingan dan Konseling/ Ketua Himpunan Sarjana  Bimbingan dan Konseling Indonesia (HSBKI),  unsur Himpunan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)Prof. Furqon, M.Pd., MA., Ph.D.                                                     =  ……………………………
2. Magister Bimbingan dan Konseling/ Ketua Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Nasional (MGBK N)Syamsudin, M.Pd
 = ………………………
3. Doktor Bimbingan dan Konseling/ Ketua Forum Komunikasi Jurusan/Program Studi  Bimbingan dan Konseling Indonesia (FK- JPBKI)
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd.
 = ……………………..
4. Magister Bimbingan dan Konseling/ Ketua Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS), divisi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)Drs. Amdani Sarjun, M.Pd.
= …………………………
5. Doktor Bimbingan dan Konseling/ Sekretaris  Ikatan Pendidik dan Supervisi Konseling (IPSIKON), divisi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)Dr. Agus Taufiq, M.Pd. 
= ……………………

Senin, 18 Februari 2013

KERJASAMA & PERCAYA


STRUKTUR 9 FACE


MATERI BIMBINGAN & KONSELING KELAS X


“CARA MEMPERBAIKI HASIL BELAJAR”                   
( MINGGU: I JANUARI 2013 )
-----------------------------------------------------------
LAYANAN :  INFORMASI
BIDANG    :  BELAJAR

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak selamanya sesuai dengan yang diharapkan, semua siswa pasti mengharapkan nilai ulang (prestasinya) selalu baik, walaupun tidak belajar.
Apabila yang sudah belajar dengan tekun, tetapi kadang-kadang hasil belajarnya atau nilai ulangannya tidak bagus. Hal itu tidak perlu disesali atau bahkan putus asa tidak mau belajar lagi. Tetapi harus di cari apa yang membuat hasil belajanya yang kurang baik itu, kemudian dicari tindak lanjutnya bagaimana.

Pada umumnya yang menyebabkan hasil belajar atau nilai ulangan yang dicapai siswa kurang baik antara lain :
1. Tidak mempunyai buku materi pelajaran siswa hanya mengandalkan keterangan yang disampaikan oleh guru pengajar di kelas
2.    Belaja kalau mau aja ulangan saja Materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh Bapak/Ibu Guru hanya ditunjuk saja lama kelamaan bertambah banyak. Kalau mau ulang baru dibaca, bahkan waktu yang ada tidak cukup untuk membaca saja apalagi memahaminya.
3.    Malu bertanya, sikap ini banyak dimiliki siswa pada umumnya. Padahal malu bertanya sesat dijalan.

Agar terhindar dari hasil tersebut, maka perlu diperhitungkan upaya-upaya dibawah ini :
a.   Milikilah pemahaman yang kuat tentang kewajiban seorang pelajar yaitu : belajar yang baik.
b.   Belajar dengan teratur Hal ini bisa ditunjukkan dengan membuat jadwal belajar harian
c.   Disiplin belajar yang tinggiHal ini bisa dilatih dan dibiasakan dengan memaksa diri untuk belajar pada jam belajar yang sudah ditetapkannya sendiri
d.   Milikilah konsentrasi yang baik, Konsentrasi adalah memusatkan pikiran pada suatu persoalan, dan mengesampingkan hal-hal lain. Dengan konsentrasi yang baik maka efektifitas dan efisiensi waktu belajar akan dapat diraih.
e.   Lengkapilah buku-buku pelajaran yang dibutuhkan
f.    Segera bertanyalah bila memenuhi kesulitan jangan menunda-nunda persoalan
g.   Kuasailah keterampilan-keterampilan belajar, misalnya cara belajar cepat, cara membuat ringkasan dan lain sebagainya.
h.   Bangkitkan motivasi dalam diri sendiri
i.    Carilah sumber kegagalan & mintalah bantuan kepada pihak-pihak yang mampu






KEGIATAN EKTRA KURIKULER                                            
( MINGGU: II JANUARI 2013 )
---------------------------------------------------

LAYANAN :  INFORMASI
BIDANG    :  SOSIAL

Penyelenggaraan pendidikan disekolah pada umumnya meliputi tiga kegiatan pendidikan yang bersifat intrakurikuler berupa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), kurikuler berupa tugas-tugas yang dikerjakan oeh peserta didik yang berkaitan dengan KBM dan kegiatan ekstrakurikuler.
KBM biasanya berupa kegiatan pelajaran teori dan praktik, wajib diikuti oleh setiap peserta didik. Kurikuler diikuti oleh peserta didik yang berkaitan dengan tugas-tugas mata pelajaran. Ekstra kurikuler adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh peserta didik berdasrka bakat minat dan hobbynya yang masih ada pada diri siswa.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler bertujuan sebagai berikut:
1.     Memperluas wawasan atau kemampuan, peningkatan dan penerapan pegetahuan dan teknologi yang telah dipelajari dari berbagai kegiatan dan mata pelajaran.
2.     Meningkatkan dan memantapkan ilmu pengetahuan peserta didik.
3.     Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan ketrampilan dalam upaya pembinaan pribadi.
4.     Mengenal keterkaitan anatar mata pelajaran dengan kehidupan di masyarakat.
5.     Sebagai pengisi waktu luang untuk memupuk kreativitas dan latihan kepemimpinan peserta didik.

 JENIS-JENIS KEGIATAN EKTRAKURIKULER:
1.     Bidang keolahragaan  ( Vollyball, sepak bola, sepak takraw, tenis meja, bulu tangkis, bela diri dll.)
2.     Bidang keagamaan  ( Baca Al-Qur’an,Iqro, latihan khutbah dll.)
3.     Bidang kesenian  ( Seni Musik, seni tari, seni suara, latihan vocal, seni drama, dll.)
4.     Bidang lainnya  (Pramuka, PMR, UKS, PKS, Koperasi Siswa, Wanagama, Karya Ilmiah dll.)

Manfaat kegiatan bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
1.     Mengembangkan kemampuan berpikir, misalnya karya ilmiah remaja, penelitian dan sebagainya.
2.     Menjaga kesehatan fisik, misalnya sepak bola, bulutangkis, volley ball dan sebagainya
3.     Mengembangkan estetika, rasa keindahan dan keharmonisan, misalnya seni musik, seni suara, teater dan sebagainya.
4.     Mengembangkan sikap percaya diri, misalnya wanagama, pecinta alam dan sebagainya.
5.     Melatih berkomunikasi, misalnya latihan berpidato, berkhutbah, dan sebagainya.
6.     Mengembangkan rasa solidaritas antar teman, misalnya membentuk tim solid, kompak dalam berolah raga dan sebagainya.
7.     Melatih kepemimpinan, misalnya pramuka dan sebagainya.
8.     Mengakui keagungan Tuhan dengan mempelajari kitab suci dan sebagainya.

MENINGKATKAN PRESTASI DAN CITRA SEKOLAH
Ada manfaat lain secara khusus dari pelaksanaan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terprogram artinya ada perencanaan, pelaksanaan, pengawasan evaluasi dan tindak lanjut yang dapat menigkatkan prestasi dan citra sekolah. Contoh konkrit misalnya sekolah menjuarai bola volley tingkat provinsi, vocal grup tingkat kabupaten.




KOMUNIKASI EFEKTIF                                                          
( MINGGU: III JANUARI 2013 )
----------------------------------------------------

LAYANAN :  INFORMASI
BIDANG    :  SOSIAL

1. Pengertian
Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-hari, mulai antar teman/pribadi, kelompok, organisasi atau massa. Kalau lebih teliti lagi banyak kegagalan dari komunikasi yang kita lakukan. Komunikasi adalah penyampaian pesan sedemikian rupa sehingga diterima seperti yang diinginkan oleh si pengirim.
2. Komunikasi
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah:
- Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
- Pesan : ide atau informasi yang disampaikan
- Media : sarana komunikasi
- Komunikan : audience, pihak yang menerima pesan
- Umpan Balik : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya
Komunikasi berlangsung efektif, bila sebuah pesan yang diformulasikan oleh si pengirim pesan (komunikator) ditafsirkan dengan benar oleh si penerima pesan (komunikan). Sebaliknya komunikasi berlansung tidak efektif, jika sebuah pesan yang diterima oleh si penerima pesan (komunikan) kacau (tidak sesuai dengan yang dimaksud di pengirim pesan).
Komunikasi yang tidak efektif disebabkan oleh :
- Adanya hambatan yang dari pengirim pesan (komunikator)
- si penerima pesan (komunikan) atau
- pesan (message) yang kacau yang disebabkan oleh penyimpangan-penyimpangan lingkungan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
A. Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa diabaikan.
B. Ekspresi Wajah
Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran; Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan.
C. Postur Tubuh
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari Anda, untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara.
D. Selera Berbusana
Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi
Tips membangun komunikasi yang efektif
a. Gunakan kalimat seefektif mungkin
Uraikan isi pembicaraan dengan kalimat efektif dan langsung mengena pada sasaran.
b. Jangan mengungkapkan pengulangan ide/pokok bahasan
Dalam presentasi suatu analisa, usahakan tidak terjadi pengulangan kalimat-kalimat yang merupakan teori ataupun kesimpulan. Aturlah urutan penyampaian agar lebih fokus saat menyampaikannya.

c. Jangan berbicara terlalu lambat
Anda harus pandai menentukan ritme bicara, dimana harus berbicara dan dimana harus berhenti. Ritme yang tepat dalam berkomunikasi tentunya didapat setelah Anda sering melakukan latihan/pengalaman orasi yang cukup.
d. Hindari gumaman yang terlalu sering
Sebisa mungkin minimalkan atau hilangkan gumaman seperti “ ehmmm…., eeee…., oooo…..", dsb. Hal ini juga akan mengurangi respek calon pendengar Anda, karena Anda dinilai tidak menguasai materi pembicaraan.
e. Hindari humor yang tidak perlu
Melontarkan humor memang sah-sah saja untuk menyegarkan suasana. Namun, Anda harus tanggap membaca suasana setelah Anda mengungkapkan humor. Apakah lawan bicara Anda benar-benar terpancing tertawa atau tertawa dengan terpaksa.
Dengan mempelajari dan melakukan tips diatas, Anda dapat bermokunikasi secara lebih efektif sekaligus melatih diri Anda menjadi pribadi yang efektif. Ingat keefektifan diperlukan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.


WAWASAN KARIER                                                                                        ( MINGGU: IV JANUARI 2013 )
----------------------------------------------------------------

LAYANAN :  INFORMASI
BIDANG    :  KARIR

Membuat keputusan-keputusan tentang pekerjaan yang cocok bukanlah tugas yang ringan bagi remaja, lebih-lebih dalam masyarakat yang sudah begitu kompleks. Untuk itu perlu pengetahuan yang khusus tentang informasi pekerjaan, informasi pendidikan dan informasi jabatan. Dengan informasi tersebut para remaja dapat lebih selektif dalam memilih dan mempersiapkan pekerjaan yang sesuai dan cocok untuk potensi, bakat, minat dan cita-citannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pekerjaan
  
1.         Perbedaan jenis kelamin
            Pemilihan pekerjaan berbeda antara pria dan wanita. Kebudayaan di Indonesia menunjang satu pekerjaan untuk wanita yaitu sebagai istri dari anak-anak, sedangkan pria memegang peran sebagai penanggung jawab penanggung jawab ekonomi keluarga.
           
2.         Inteligensi dan bakat khusus.
            Inteligensi dan bakat dapat mempengaruhi pemilihan pekerjaan, karena inteligensi berhubungan dengan keberhasilan belajar atau pendidikan yang dapat diselesaikan seseorang. Oleh karena ituorang pandai akan lebih mempunyai kesempatan dalam memperoleh atau bersaing dalam pekerjaan.
           
3.         Minat.
            Minat atau hobby dapat mempengaruhi pemilihan pekerjaan.
           
4.         Kepribadian
            Kepribadian dapat mempengaruhi pemilihan pekerjaan
           
5.         Latar belakang keluarga dan status ekonomi
            Status sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi status sosial para remaja didalam masyarakat yang dapat mempengaruhi pemilihan pekerjaan.

Klasifikasikan jenis pekerjaan dibawah ini atas dasar pekerjaan : pemerintah swasta dan wiraswasta dengan membubuhkan tanda ceklist ( V )


No
Jenis Pekerjaan
Pemerintah
Swasta
Wiraswasta
1
 Pegawai Pemda (PNS)



2
 Pegawai Bank



3
 Pelawak



4
 Pilot



5
 Pedagang keliling



6
 Pegawai pabrik



7
 Montir



8
 Polisi



9
 Dokter



10
 Penguasaha






ORIENTASI DAN RENCANA KARIR       
( MINGGU: I , FEB. 2013 )
--------------------------------------------------


LAYANAN :  ORIENTASI / INFORMASI
BIDANG    :  KARIR

Secara garis besarnya ada 4 (empat) alternatif pilihan siswa setelah tamat dan lulus SMA/MA, ialah :
1. Melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu ke perguruan tinggi
2. Memasuki kursus-kursus / pelatihan
3. Memasuki dunia kerja, yaitu bekerja
4. Memasuki kehidupan baru, yaitu berkeluarga
Dari keempat alternatif tersebut, anda diminta mengambil keputusan untuk memilihnya, pilihan pertama, maka ikuti instruksi untuk nomor 1, pilihan kedua, maka ikuti instruksi untuk nomor 2 dan pilihan ketiga, maka ukuti instruksi untuk nomor 3 serta pilihan keempat ikuti instruksi nomor 4. Silakan minta penjelasan ulang kepada Guru Pembimbing, jika masih belum jelas.

1. Melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu ke perguruan tinggi
Merencanakan kelanjutan studi ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu ke Perguruan Tinggi, diperlukan berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangan tersebut adalah pengetahuan tentang informasi berbagai jenis studi di Perguruan Tinggi antara lain : Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi serta Politeknik yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda; Universitas sifatnya lebih umum atau general terdiri dari fakultas-fakultas atau jurusan-jurusan, Sekolah Tinggi memiliki kekhususan satu bidang keahlian yang terdiri

dari jurusan-jurusan, Akademi dan Politeknik memiliki kekhususan satu bidang keahlian atau jurusan. Perlunya memperoleh informasi jabatan dan aspirasi karier ini, agar dapat disesuaikan dengan potensi diri dan faktor penunjang dari lingkungan.
Untuk dapat memahami, mengerti dan mampu mengambil keputusan mengenai pilihan cita-cita / karier, secara bertahap kerjakanlah seluruh tugas yang ada baik secara individual maupun kelompok tanpa ada yang terlewatkan.

2. Memasuki kursus-kursus / pelatihan
Seandainya Anda memilih tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, ada alternatif lain yang dapat Anda pilih untuk meningkatkan life skill Anda dan dapat dijadikan sebagai modal untuk dapat kerja mandiri atau wiraswasta, yaitu dengan memasuki kursus-kursus keterampilan / pelatihan. Di Jakarta banyak sekali.
Kita temui lembaga-lembaga kursus ketrampilan / Balai Latihan Kerja (BLK) yang dapat Anda pilih sesuai dengan minat dan bakat yang Anda miliki. Seperti misalnya : kursus modeling, salon kecantikan, tata busana / menjahit, presenter, memasak / membuat kue, kursus elektronik, otomotif, komputer, mengelas, dll.

3. Memasuki dunia kerja, yaitu bekerja
Kerja merupakan kebutuhan manusia, seseorang bekerja karena adanya sesuatu yang hendak ia capai, dan orang berharap dengan bekerja melalui aktivitas tersebut akan membawa mereka kepada suatu keadaan yang lebih baik dan memuaskan bagi dirinya. Pekerjaan adalah sumber penghasilan dan juga suatu kesempatan mengembangkan diri untuk berbakti. Sebagai suatu kesempatan maka pekerjaan itu hendaknya tidak disia-siakan dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak semua siswa melanjutkan studi
dari jurusan-jurusan, Akademi dan Politeknik memiliki kekhususan satu bidang keahlian atau jurusan. Perlunya memperoleh informasi jabatan dan aspirasi karier ini, agar dapat disesuaikan dengan potensi diri dan faktor penunjang dari lingkungan.
Untuk dapat memahami, mengerti dan mampu mengambil keputusan mengenai pilihan cita-cita / karier, secara bertahap kerjakanlah seluruh tugas yang ada baik secara individual maupun kelompok tanpa ada yang terlewatkan.

2. Memasuki kursus-kursus / pelatihan
Seandainya Anda memilih tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, ada alternatif lain yang dapat Anda pilih untuk meningkatkan life skill Anda dan dapat dijadikan sebagai modal untuk dapat kerja mandiri atau wiraswasta, yaitu dengan memasuki kursus-kursus keterampilan / pelatihan. Di Jakarta banyak sekali.
Kita temui lembaga-lembaga kursus ketrampilan / Balai Latihan Kerja (BLK) yang dapat Anda pilih sesuai dengan minat dan bakat yang Anda miliki. Seperti misalnya : kursus modeling, salon kecantikan, tata busana / menjahit, presenter, memasak / membuat kue, kursus elektronik, otomotif, komputer, mengelas, dll.

3. Memasuki dunia kerja, yaitu bekerja
Kerja merupakan kebutuhan manusia, seseorang bekerja karena adanya sesuatu yang hendak ia capai, dan orang berharap dengan bekerja melalui aktivitas tersebut akan membawa mereka kepada suatu keadaan yang lebih baik dan memuaskan bagi dirinya. Pekerjaan adalah sumber penghasilan dan juga suatu kesempatan mengembangkan diri untuk berbakti. Sebagai suatu kesempatan maka pekerjaan itu hendaknya tidak disia-siakan dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak semua siswa melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan tinggi, yaitu perguruan tinggi. Ada kalanya memilih memasuki dunia kerja, yaitu bekerja dikarenakan adanya berbagai alasan. Dalam modul ini (terlampir) terdapat berbagai macam jabatan dan karier sebagai bahan informasi.

4. Memasuki kehidupan baru, yaitu berkeluarga
Selepas SLTA langsung menikah ? Itu bukan pilihan yang bijaksana. Untuk memasuki kehidupan baru atau disebut “menikah” diperlukan kematangan emosi disamping kesiapan fisik dan ekonomi. Menikah terlalu dini, menyangkut banyak pihak, terutama terhadap pria dan wanita yang melangsungkan pernikahan dini tersebut. Masa depannya ditentukan oleh langkah dalam hidup ini hingga kadang tidak dapat mengerti mengapa hal ini sebaiknya dihindari.
Untuk mempersiapkan kematangan emosi disamping kesiapan fisik dan ekonomis perlu waktu bebrapa tahun kedepan, remaja diberikan kesempatan untuk mengenal kehidupan masyarakat orang dewasa dengan lebih luas akan lebih lebih matang dan dewasalah para remaja (pria maupun wanita) dalam memilih dan menggunakan nilai sebagai dasar dalam memilih teman hidup yang dapat bekerja sama sebagai team dalam memasuki kehidupan baru sebuah keluarga.















BELAJAR EFEKTIF                           
( MINGGU: II ,  FEB. 2013 )
------------------------------



LAYANAN :   INFORMASI
BIDANG    :   BELAJAR



Langkah Belajar Efektif
Belajar merupakan aktivitas rutin bagi mereka yang masih menyAndang status sebagai pelajar, meskipun sebenarnya belajar harus dilakukan sepanjang hayat oleh siapa saja.
Siapa pun tentu ingin sukses dalam belajar. Namun sudahkah cara belajar yang Anda gunakan selama ini efektif sekaligus menyenangkan? Stevent R. Covey dalam bukunya berjudul Seven Habits of Highly Effective People memaparkan tujuh langkah yang bisa Anda kembangkan untuk mendapatkan belajar yang efektif.

a.        Bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
b.       Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya. Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
c. Kerjakan dahulu mana yang penting. Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan perhatianmu dari tujuanmu.
d. Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (Bukan situasi "win-win" lagi). "Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan "competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan tugas, anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.
e. Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu. Ketika kamu ingin membicarakan suatu masalah akademis dengan gurumu, misalnya mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru tersebut. Nah, sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam posisi guru/dosen tersebut.
f. Cari solusi yang lebih baik. Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
g. Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan. Dengan cara ini, belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang cemerlang

1. Waktu Belajar yang Efektif
Tiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda untuk belajar. Ada yang sukanya hanya belajar kalau di sekolah saja, ada juga yang di sekolah tidak memperhatikan guru mengajar, jadi terpaksa di rumah belajar mati-matian. Situasi dan kondisi lingkungan sekitar kita juga turut menentukan waktu belajar yang tepat. Kalau rumah kita dekat dengan pabrik yang berisik di siang hari, berarti waktu yang baik untuk belajar adalah malam hari ketika sedang sepi. Tetapi kalau rumah dekat dengan tempat hiburan malam maka belajar pagi atau sore adalah waktu yang tepat digunakan untuk belajar. Waktu yang paling bagus untuk belajar lebih baik menyesuaikan dengan mood dan toleransi tubuh kita. Kalau kita jam 8 malam sudah terasa mengantuk sebaiknya belajar sore atau selepas maghrib. Kalau mood lagi tidak asyik sebaiknya jangan memaksakan untuk belajar karena belajarnya bisa sia-sia. Tapi jangan jadikan mood yang jelek sebagai alasan untuk tidak blajar. Belajar juga tidak harus di rumah sendirian tetapi bisa ikut bimbingan belajar atau belajar kelompok denganteman-teman. Belajar juga harus dibatasi waktunya, karena kita juga butuh hiburan. Usahakan istirahat belajar setelah satu atau dua jam untuk sekedar cari angin, makan cemilan, main gitar, nonton film kartun, ngobrol dengan teman atau keluarga, dsb.
Jadi waktu belajar memang tidak bisa ditentukan sama untuk semua orang karena banyak sekali faktor yang menentukan. Tetapi pada intinya jangan memporsir balajar sambil begadang karena hasilnya tidak akan maksimal dan cenderung memperlemah pertahanan tubuh kita sehingga akan mudah terserang berbagai penyakit.

2. Gaya Belajar Efektif
Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut menjelaskan tujuh gaya belajar yang mungkin beberapa diantaranya :

a. Belajar dengan kata-kata
     Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
b. Belajar dengan pertanyaan
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil akhir
c. Belajar dengan gambar
Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkapgambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.
d. Belajar dengan musik
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul.
e. Belajar dengan bergerak
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
f. Belajar dengan bersosialisasi
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
g. Belajar dengan Kesendirian
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.




CARA MENGATUR RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS      
(MINGGU:III ,FEB.2013 )
-------------------------------------------------------------------------------------


LAYANAN :   INFORMASI
BIDANG    :   BELAJAR


Ruang belajar yang nyaman, aman dan sehat (ergonomis) akan mempengaruhi semangat belajar. Ruang belajar yang ergonomis tidak harus memiliki ruang yang luas, akan tetapi bagaimana mengatur ruang belajar dan perlengkapan didalamnya sehingga dapat memberikan kenyamanan kepada Anda pada waktu belajar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur ruang belajar yang ergonomis yaitu :

1. Tempat Belajar.
Berusahalah menemukan tempat yang tenang dan bebas dari gangguan (suara telepon, TV, Radio, Video game, dan lain-lain). Pilihlah tempat yang bukan tempat kita melakukan hal lain.
Misalnya, kalau kita belajar di atas tempat tidur, kita akan mulai berpikir tentang tidur.

2. Pencahayaan
Sebagian dari Anda menyukai cahaya terang, sementara yang lain memilih cahaya yang lebih redup. Cahaya alami matahari adalah cahaya yang paling bagus untuk kita. Akan tetapi cahaya seperti apapun yang kita gunakan, haruslah cahaya yang memadai, agar mata kita tidak rusak apabila membaca atau bekerja. Lampu harus bersinar dari samping pundak kita dan tidak mengarah langsung ke bidang baca.

3. Tempat Duduk
Boleh meringkuk di sofa empuk ketika membaca berita. Akan tetapi, kita perlu berkonsentrasi. Oleh karena itu, cobalah duduk di kursi berpunggung di depan meja.

4. Alat Tulis
Banyak orang membuang waktu yang berharga untuk mecari alat tulis. Kamu bisa lebih efisien dalam memanfaatkan waktu. Siapkan alat tulis selengkap mungkin, seperti pensil, pulpen, karet penghapus, rautan pensil, penggaris dan pensil warna di mejamu. Letakkan barang-barang tersebut di dalam kotak pensl, kantong plastic, atau kotak bekas yang sudah tidak dipakai lagi. Dengan begitu, emosi dan semangatmu juga tidak terganggu karena lelah mencari alat tulis

5. Komputer
Jika kamu memiliki komputer di ruang belajar, tempatkan komputer tersebut dengan baik dan aman. Meletakan meja dan computer diusahakan berkesan tidak sempit, selain itu jangan sampai menghambat lalu lintas / perjalanan keluar-masuk ruang belajar

6. Tempat Menyimpan Tugas
Sebagian tugas dari sekolah bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk diselesaikan. Dalam merencanakan tugas berjangka panjang, pikirkan pula cara menata bahan-bahan yang kamu butuhkan untuk tugas tersebut. Mungkin kamu perlu tempat penyimpanan. Menempatkan semua perlengkapan dan bahan untuk tugasmu di satu tempat akan menolong kamu untuk lebih teratur.

7. Perpustakaan Kecil / Rujukan
Buatlah perpustakaan kecil yang berisi kamus, ensiklopedia, buku-buku pelajaran yang sudah lalu, biografi tokoh dan lain-lainnya. Tambahkan kalender, atlas dan rujukan lain yang kamu butuhkan. Koleksi tersebut akan memudahkanmu dalam belajar. Selain itu, dapat memotivasimu untuk menambah pengetahuan.

8. Papan Tempel (madding = majalah dinding)
Gunakan papan tempel (bisa dari gabus, karton atau triplek) untuk menempelkan kalender, catatan penting, maupun petunjuk untuk mengerjakan tugas khusus. Beri ruang untuk kartu pos, foto, bunga atau gambar favorit yang bisa menyemangatimu dalam belajar. Pusat belajarmu tidak harus membosankan, kan ?



BAGAIMANA MENGHILANGKAN KEMALASAN
(MINGGU:IV ,FEB.2013 )


LAYANAN :   INFORMASI
BIDANG    :   PRIBADI



A. BENTUK & SIFAT
Kemalasan ini termasuk kata yang paling tua dipakai manusia. Kita akrab dengan kata ini dari kecil sampai tua. Nah, kalau melihat praktek hidup dan teori-teori yang ada, bentuk dan sifat kemalasan itu bisa dijelaskan seperti di bawah ini:

1.    Kemalasan yang dipicu oleh perubahan faktor eksternal. Meminjam istilah yang dipakai Philip G. Zimbardo, Scott, Foresman (1979) dalam bukunya Psychology & Life, ini bisa disebut kemalasan yang bentuknya "state" (keadaan). Seorang pengusaha akan mendadak malas berusaha ketika uang hasil usahanya selama raib ditipu orang. Seorang pelajar / mahasiswa akan mendadak malas ketika dosen / guru kesayangannya tidak lagi diberi tugas mengajar materi kesayangan. Banyak orang yang tiba-tiba malas saat isi dompetnya kosong. Umumnya, kemalasan yang bentuknya "state" ini bersifat sementara (temporer).

2.    Kemalasan yang timbul akibat irama moo menyebutnya juga dengan istilah siklus kehidupan (life cycle). Kemalasan semacam ini umum dialami oleh hampir semua manusia. Orang yang paling giat pun terkadang menghadapi saat-saat yang membuatnya merasa malas.

3.    Kemalasan yang memang itu kita sendiri yang menciptakan. Kemalasan semacam ini bisa disebut "trait", bawaan. Bawaan di sini maksudnya kita yang menciptakan, kita yang memilih, kita sendiri yang menjadi penyebabnya. Kemalasan seperti ini sifatnya permanen, atau abadi. Selama kita tidak mengubahnya, selama itu pula kemalasan itu bertengger di dalam diri kita


B. APA YANG MEMBUAT KEMALASAN ITU ABADI ?

1.    Tidak memiliki sasaran hidup yang jelas. Sasaran ini bisa berbentuk: apa yang ingin kita lakukan, apa yang ingin kita raih, apa yang ingin kita miliki. Sasaran ini ada yang bersifat jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

2.    Filsafat hidup yang negatif. Ini misalnya saja: "Daripada sudah bekerja keras tetapi tidak kaya-kaya, mendingan kerja asal-asalan aja", "Ngapain sekolah rajin, toh sudah banyak sarjana yang nganggur", "Boro-boro cari rizki yang halal, yang haram aja susahnya minta ampun", dan lain-lain dan seterusnya.

3.    Terlalu banyak dan terlalu lama membiarkan pikiran atau perasaan negatif, misalnya: saya tidak mampu, saya tidak bisa, saya selalu minder, saya ragu-ragu,

4.    Tidak mau memilih yang positif. Untuk orang dewasa ,ini adalah kunci. Gagal bercinta, gagal usaha, gagal berkarir, dan lain-lain, memang itu semua bisa memicu kemalasan. Tetapi, seperti yang sudah kita singgung, kemasalan di situ sifatnya hanya sementara. Yang kerap membuatnya abadi adalah penolakan untuk segera bangkit. Jika kita menolak membangkitkan-diri, semua kemalasan sifatnya abadi. Jika kita tetap memilih menjadi pemalas, maka tidak ada kekuatan apapun yang bisa membuat kita menjadi tidak malas. Kalau kita sadar tanggung jawab kita sebagai pelajar / mahasiswa, rasanya tidak mungkin kita bisa menjadi pelajar yang malas. Kalau kita sadar tanggung jawab kita sebagai karyawan, rasanya tidak mungkin kita bisa menjadi karyawan yang malas. Dan seterusnya dan seterusnya. Kesadaran inilah yang memunculkan motivasi dan komitmen intrinsik (inisiatif dan tekad dari dalam).


5.    Kurang belajar menggunakan ledakan emosi. Marah, tidak puas, malu, takut, ingin dipuji, dan seterusnya itu adalah termasuk bentuk ledakan emosi. Ini bisa kita gunakan untuk mengusir kemalasan dan bisa pulakita gunakan untuk menambah kemalasan. Takut akan dimarahi orangtua kalau nilai kita jeblok dapat kita gunakan untuk memacu diri dalam belajar. Malu dikatakan orang pengangguran bisa kita gunakan untuk memperbanyak aktivitas. Tidak puas atas nasib kita pada hari ini dapat kita gunakan untuk mendorong perubahan.

C. Membangun Pondasi Personal
Kenapa perlu membangun fondasi personal? Seperti yang sudah kita singgung, penyebab dan pemicu kemalasan itu kalau dicari banyak (tak terhitung). Apalagi jika yang kita cari itu adalah sebab eksternal di luar diri kita. Meski demikian, yang akan menjadi kunci utama di sini adalah tetap diri kita. Inilah alasan kenapa kita perlu membangun fondasi itu.Fondasi personal adalah seperangkat dasar-dasar hidup yang kita gunakan sebagai landasan dalam melangkah. Dengan fondasi yang kuat ini diharapkan hidup kita tidak mudah goyah atau ambruk oleh hal-hal yang tidak kita inginkan. Apa yang diperlukan untuk membangun pondasi personal ini?

1.    Menjaga stabilitas. Agar stabilitasnya terjaga, maka harus digerakkan, dijalankan atau dinaiki. Bagaimana menstabilkan hidup? Membangun sasaran dan program.

2.    Perlu melakukan alignment. Pengertian dasarnya adalah upaya untuk meluruskan langkah agar tidak keluar dari track, rel, sasaran, target, tujuan, visi, misi dan seterusnya.

3.    Perlu memiliki personal-urgency. Urgency di sini desakan ke dalam atau semacam deadline yang kita buat sendiri untuk diri kita (personal-impose).

4.    Perlu pembelajaran yang terus menerus (continuous learning). Pembelajaran itu artinya memperbaiki diri dari apa yang kita lakukan.

5.    Membuka diri terhadap berbagai pencerahan atau sesuatu yang bisa meng-inspirasi, memotivasi, membersihkan kotoran batin dan menghidupkan pikiran. misalnya saja: membaca buku atau artikel, mendengarkan ceramah atau cerita orang, melihat kejadian, berwisata yang mendidik, dan lain-lain.